RSS

Sabtu, 03 April 2010

WS RENDRA

Aku tulis pamplet ini
karena lembaga pendapat umum
ditutupi jaring labah-labah
Orang-orang bicara dalam kasak-ku

suk,
dan ungkapan diri ditekan
menjadi peng - iya - an

Apa yang terpegang hari ini
bisa luput besok pagi
Ketidakpastian merajalela.
Di luar kekuasaan kehidupan menjadi teka-teki
menjadi marabahaya

menjadi isi kebon binatang


Apabila kritik hanya boleh lewat saluran resmi,
maka hidup akan menjadi sayur tanpa garam
Lembaga pendapat umum tidak mengandung pertanyaan.
Tidak mengandung perdebatan

Dan akhirnya menjadi monopoli kekuasaan

Aku tulis pamplet ini
karena pamplet bukan tabu bagi penyair
Aku inginkan merpati pos.

Aku ingin memainkan bendera-bendera semaphore di tanganku

Aku ingin membuat isyarat asap kaum Indian.


Aku tidak melihat alasan
kenapa harus diam tertekan dan termangu.
Aku ingin secara wajar kita bertukar kabar.

Duduk berdebat menyatakan setuju dan tidak setuju.

Kenapa ketakutan menjadi tabir pikiran ?
Kekhawatiran telah mencemarkan kehidupan.
Ketegangan telah mengganti pergaulan pikiran yang merdeka.


Matahari menyinari airmata yang berderai menjadi api.
Rembulan memberi mimpi pada dendam.

Gelombang angin menyingkapkan keluh kesah

yang teronggok bagai sampah
Kegamangan. Kecurigaan.

Ketakutan.
Kelesuan.


Aku tulis pamplet ini

karena kawan dan lawan adalah saudara
Di dalam alam masih ada cahaya.
Matahari yang tenggelam diganti rembulan.
Lalu besok pagi pasti terbit kembali.
Dan di dalam air lumpur kehidupan,
aku melihat bagai terkaca :

ternyata kita, toh, manusia !




Pejambon Jakarta 27 April 1978
Potret Pembangunan dalam Puisi

Minggu, 28 Maret 2010

BELUM ADA JUDUL

Angin itu datang kembali.
menepuk tubuh ini yang penuh luka
hingga tubuh ini tak bergerak lagi
hingga rambut ini tak hitam lagi
hingga mulut ini tak bisa merasa lagi

Aku masih disini
mengingat masa masa indah itu
berlari bersama kawan kawan kecil kita
namun tak lagi kau disisiku
hilang bagai ditelan waktu.



Noval, djakarta 05 okt' 09

Soe Hok Gie

Sejarah dunia adalah sejarah pemerasan.
Apakah tanpa pemerasan, sejarah tidak ada?
Apakah tanpa kesedihan, tanpa pengkhianatan sejarah tidak lahir?

Seolah-olah bila kita membagi sejarah maka yang kita jumpai hanya pengkianatan.
Seolah-olah dalam setiap ruang dan waktu kita hidup atasnya.
Ya, betapa tragisnya. “ Hidup adalah penderitaan”, kata Budha.
Dan manusia tidak bisa bebas dari padanya.

Kita hidup dan kita menerima itu sebagai keharusan.
Tapi bagiku perjuangan harus tetap ada.
Usaha penghapusan terhadap kedegilan, terhadap pengkhianatan, terhadap segala-galayang non humanis.
Memang kita sadar akan kesia-siaan itu.
Kita tahu akan absurdnya. Dan itulah hidup.

Stand like a hero, and die bravely.
Aku kira dan bagiku itulah kesadaran sejarah.
Sadar akan hidup dan kesia-siaan nilai.
Memang hidup seperti ini tidak enak.
“Happy is the people without history”, kata Dawson.
Dan sejarawan adalah orang yang harus mengetahui dan mengalami hidup yang lebih berat.






( Soe Hok Gie, sabtu, 16 desember 1961)

MASYARAKAT BORJUIS

Ada suatu yang patut ditangisi
Aku kira kau pun tahu
Masyarakatmu, masyarakat borjuis
Tiada kebenaran disana
Dan kalian selalu menghindarinya


Aku selalu serukan (dalam hati tentu)
”Wahai, kaum proletar sedunia”
Berdoalah untuk masyarakat borjuis.


Ada golongan yang tercampak dari kebenaran
Dan berdiri atas nilai kepalsuan
Aku kira, tiada bahagia disana
Sebab tiada kasih, kebenaran dan keindahan
Dalam kepalsuan
Aku akan selalu berdoa baginya
(aku sendiri tak percaya pada doa, maaf)


Aku kira anda tiada kenal kasih
(Nafsu tentu ada)
Apakah bernilai dengan uang
Dan padamu, kawan
Semua adalah uang, perhitungan saldo
Tiada yang indah dalam kepalsuan
(Engkau tentu yakin?)


Di sinilah a moral ditutup oleh a moral
Di sinilah tabir-tabir yang terlihat
Dan seringkali aku bersepeda sore-sore
Bertemu dengan gadismu (borjuis pula)
Aku begitu sedih dan kasih
Aku begitu sedih dan kasih
Ya, Tuhan (aku tak percaya Tuhan)
Berilah mereka kebenaran
Aku tahu
Gadis cantik di mobil, bergaun abu-abu
Tapi bagiku tiada apa.




SOE HOK GIE Masyarakat Borjuis
ditulis saat Soe Hok Gie berumur 18 thn.

Puisi Chairil Anwar

ini adalah puisi yang paling kusuka dari chairil anwar.


PENERIMAAN


Kalau kau mau kuterima kau kembali
Dengan sepenuh hati

Aku masih tetap sendiri

Kutahu kau bukan yang dulu lagi
Bak kembang sari sudah terbagi

Jangan tunduk! Tentang aku dengan berani

Kalau kau mau kuterima kembali
Untukku sendiri tapi

Sedang dengan cermin aku enggan berbagi.





Chairil Anwar. Maret 1943

Rabu, 24 Maret 2010

Prakerin (MAGANG)

Kawan akhirnya saya prakrin (magang) juga, setelah berbulan bulan gua merasa terasingkan di kelas, soalnya tinggal gua berdua doang yang belum prakerin. yang lainnya mah udah dari bulan bulan kemaren, bete dah jadi gua ckck. tapi sekarang gua lega, udah bisa ngerasain gimanah praktek kerja di industri.

ternyata eh ternyata semuanya beda dengan apa yang gua bayangin, capek minta ampun, bada terasa ancur, ngantuk berat. minggu pertama dapat jatah malem, buset dah ngantuk berat, sue bener dah kerjaan banyak banget and jatah makannya dikit banget ( kaga ada kenyangnya ).

hari ke-2 dst mulai terbiasa masuk malem. nongkrong di depan pabrik sebelum masuk, makan gorengan 2 biji ( karena ngirit buat ongkos pulang ), ngeledekin mbak mbak yg jual goreng "sst.. badannya kaya ubi modrok" karena jelas jelas emang badannya besar. nah karena masuk malemini pola makan gua dkk jadi berubah, bisa 4 kali makan dalam sehari.
  1. sebelum berangkat magang
  2. istirahat di pabrik
  3. pulang magang
  4. makan siang (biasanya abis bangun tidur)
dan minggu ini gua kebagian masuk pagi, suasananya beda sama masuk malem, lebih rame cuy.. banyak manager, dan banyak anak magang laen ( secara cuma sekolah gua doang yg ada sift malem sama pagi) , peraturan lebih ketat, panas banget, udah mesin cetaknya segede gaban
( gaban.. ???). haha enakan malem dah walaupun harus ngantuk tapi bebas..